Menu

Mode Gelap

Nasional

Politisi PKB Kritisi Pembangunan Masjid Megah Tidak Memiliki Fasilitas Bagi Penyandang Disabilitas

badge-check


					Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB KH Maman Imanuhalq (Tengah) dalam acara Halaqoh Kebangsaan bertema Perbesar

Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB KH Maman Imanuhalq (Tengah) dalam acara Halaqoh Kebangsaan bertema "Masjid Ramah Disabilitas dan Pemberdayaan Umat". (Foto : Ist)

JEJAKNARASI.ID – JAKARTA – Para tokoh keagamaan, peneliti, dan pegiat hak disabilitas menyoroti minimnya anggaran negara dan lemahnya komitmen Dewan Masjid serta Kementerian terkait dalam mewujudkan masjid yang ramah disabilitas.

Kritik ini mengemuka dalam Halaqoh Kebangsaan bertema “Masjid Ramah Disabilitas dan Pemberdayaan Umat” yang digelar di Kantor P3M (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Masyarakat), Cililitan Kecil, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (18/5/2025).

KH Maman Imanulhaq, Anggota Komisi VIII DPR RI, menegaskan, selama ini isu disabilitas belum menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan masjid. 

“Negara belum serius untuk memberikan dukungan dan keberpihakan terhadap kaum disabilitas. Masjid dibangun megah, tapi tidak bisa diakses oleh difabel. Ini diskriminasi struktural yang dibungkus kesalehan simbolik,” tegasnya.

Sementara itu, Fatimah Asri Mutmainnah dari Komisi Nasional Disabilitas menambahkan, hingga kini belum ada peta jalan nasional yang jelas untuk memastikan seluruh masjid baik yang dikelola pemerintah maupun swadaya masyarakat yang memenuhi standar aksesibilitas.

“Kementerian Agama dan DMI seharusnya punya indikator teknis dan pendanaan afirmatif. Tapi faktanya, anggaran untuk masjid ramah disabilitas hampir tidak terdengar,” ujar Fatimah.

Rahmat Hidayat dari Dewan Masjid Indonesia mengakui perlunya reformasi dalam tata kelola masjid, namun juga menekankan keterbatasan dukungan struktural.

 “Kesadaran di kalangan takmir memang tumbuh, tapi tanpa dukungan regulasi dan anggaran, ini hanya jadi wacana,” katanya.

Terakhir, peneliti P3M Badrus Samsul Fata mengkritik bahwa banyak program keagamaan negara masih bersifat seremonial dan tidak menyentuh akar persoalan sosial. Padahal publik butuh masjid yang membumi.

Masjid yang bukan hanya tempat ibadah, tapi juga alat perjuangan sosial yang berpihak pada kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.

Hadir pula pada kesempatan tersebut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI Basnang Said yang menyambut baik dorongan berbagai pihak terhadap inklusivitas masjid. Ia menyampaikan bahwa Kemenag membuka ruang kolaborasi untuk menyusun panduan dan langkah strategis menuju masjid yang ramah bagi penyandang disabilitas. 

Halaqoh ini merumuskan sejumlah rekomendasi, antara lain alokasi anggaran khusus untuk renovasi dan pembangunan masjid ramah disabilitas; pelatihan takmir tentang layanan keagamaan inklusif; serta kolaborasi lintas sektor dalam audit aksesibilitas masjid di seluruh Indonesia.

Acara ini menegaskan bahwa membangun masjid ramah disabilitas bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal keberpihakan, keadilan, dan kemanusiaan.**

Temukan berita-berita terbaru dan terpercaya dari JEJAKNARASI.ID di GOOGLE NEWS. Untuk Mengikuti silahkan tekan tanda bintang.
Lainnya

Luncurkan Program Magang Nasional, Menko Airlangga Minta Perusahaan Beri Bimbingan Etos Kerja dan Soft Skill

20 Oktober 2025 - 21:23 WIB

Sukses Uji Terbang Drone Kargo Listrik DF-L100, KH Maman Imanulhaq Puji Inovasi Dreamfly Indonesia

20 Oktober 2025 - 20:34 WIB

Awasi APBD Sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi, Kemendagri Pantau Realisasi di Daerah

20 Oktober 2025 - 15:18 WIB

Presiden Prabowo Saksikan Langsung Kejagung Serahkan Rp 13 Triliun Hasil Korupsi CPO ke Negara

20 Oktober 2025 - 14:54 WIB

Trending di Nasional