JEJAKNARASI.ID, AMBON – Tokoh Maluku dan juga mantan Penasehat Pribadi Ketua Umum PBNU, Abdul Hamid Rahayaan, melontarkan pernyataan keras dan penuh kekecewaan terhadap arah kepemimpinan bangsa di bawah Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya, wajah kepemimpinan nasional semakin kabur karena orang-orang berintegritas justru disingkirkan, sementara para koruptor dan penjahat dibiarkan bebas menguasai negara.
“Komjen Martinus Hukom, mantan Kepala BNN, sosok berintegritas, disingkirkan. Sementara para koruptor malah berkuasa. Maka wajar kalau gejolak sosial dan politik terjadi di mana-mana,” tegas Rahayaan kepada media di Jakarta, Senin (1/09).
Ia menegaskan, jika Presiden Prabowo tidak segera membersihkan pemerintahan dari para perusak bangsa, maka janji-janji besar yang pernah disampaikan kepada rakyat hanya akan menjadi utopia. Lebih parah lagi, warisan yang ditinggalkan justru berupa catatan kelam bagi bangsa Indonesia.
Rahayaan menyoroti perlakuan negara terhadap Maluku yang disebutnya tidak adil. Padahal Maluku adalah salah satu dari delapan provinsi yang ikut melahirkan Republik Indonesia.
Namun hingga kini, Maluku masih terjebak dalam kemiskinan struktural akibat dianaktirikan dalam berbagai kebijakan politik maupun ekonomi.
“Kesepakatan para pendiri bangsa adalah berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Tetapi yang kami rasakan, Maluku hanya dijadikan penanggung utang luar negeri tanpa pernah menikmati hasil pembangunan,” ujar Rahayaan.
Ia menyebut, janji pembangunan dari rezim ke rezim hanya meninggalkan luka: mulai dari program Lumbung Ikan Nasional yang digadang-gadang Presiden SBY, hingga rencana Ambon New Port di era Presiden Jokowi—semuanya tak pernah diwujudkan.
Rahayaan juga menyoroti fenomena diskriminasi terhadap putra-putri terbaik Maluku. Menurutnya, mereka yang memiliki integritas kerap difitnah dan disingkirkan, hanya agar panggung kekuasaan tetap dikuasai oleh para penjahat dan koruptor.
“Yang sangat miris, anak-anak Maluku yang bersih dan berintegritas difitnah agar tersingkir. Sementara yang menguasai negara ini justru mereka yang merampok uang rakyat,” kritiknya tajam.
Dalam pernyataan yang mengguncang, Rahayaan mengingatkan Presiden Prabowo agar tidak main-main dengan hati rakyat Maluku.
“Jika memang negara ini sudah tidak butuh orang Maluku, maka lepaskanlah kami dengan ikhlas. Biarkan kami mengatur diri kami sendiri daripada terus disakiti. Setiap hari kami hanya dipertontonkan perampokan uang negara triliunan rupiah, sementara rakyat Maluku hidup dalam kemiskinan,” tegasnya.
Pernyataan Abdul Hamid Rahayaan ini adalah alarm keras bagi pemerintahan Prabowo. Ia menuntut agar Presiden benar-benar menghadirkan keadilan, memberantas korupsi, dan membuktikan komitmen pada pemerataan pembangunan. Jika tidak, katanya, sejarah hanya akan mencatat Prabowo sebagai presiden yang gagal memenuhi janji dan meninggalkan luka mendalam di Maluku. (hud).