JEJAKNARASI.ID, JAKARTA – Ekonomi Indonesia hari-hari ini mengalami represi dari sebagian mitra dagang, khususnya Amerika Serikat dan Tiongkok, dampak “trade war” dan “protectionist policy” yang diterapkan.
Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan I tahun 2025, menampilkan pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year). Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia bisa bertahan di tengah represi ekonomi global, seperti yang dialami oleh Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.
Namun, pertumbuhan ini mengalami kontraksi 0,98% dibandingkan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter). Fenomena yang impresif dalam ekonomi Indonesia ditengah ketidakpastian global adalah pertumbuhan ekonomi yang tetap eksplisit.
Untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, sebagai masukan agar kinerja pemerintah (tim) hendaklah berkonsentrasi pada beberapa hal, diantaranya:
1. Konsumsi Rumah Tangga Yang Stabil
Konsumsi rumah tangga yang stabil fundamental bagi kesehatan ekonomi Indonesia. Konsumsi rumah tangga, yang mana merupakan komponen fundamental Produk Domestik Bruto (PDB), menyatakan manifestasi tentang daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Stabilitas konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa perekonomian sedang berjalan dengan baik, sementara fluktuasi yang besar dapat mengindikasikan masalah pada daya beli atau ketidakpastian ekonomi.
2. APBN Yang Efektif
APBN yang efektif fundamental untuk mengawal stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. APBN berperan sebagai instrumen primer dalam pengelolaan ekonomi nasional, termasuk dalam menentramkan represi dan menjaga stabilitas ekonomi. APBN yang dikelola dengan baik dapat menopang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antar daerah, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Neraca Perdagangan Surplus
Neraca perdagangan yang surplus (ekspor lebih besar daripada impor) real sangat penting untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Surplus neraca perdagangan akan meningkatkan cadangan devisa negara, memperkuat nilai tukar Rupiah, serta memajukan investasi dan penciptaan lapangan kerja.
4. Cadangan Devisa Tinggi
Cadangan devisa yang tinggi membantu mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Cadangan devisa yang kuat berfungsi sebagai fundamen dalam menghadapi represi ekonomi, mengawal stabilitas nilai tukar rupiah, dan meningkatkan kepercayaan investor.
5. Penguatan Diplomasi Ekonomi
Penguatan diplomasi ekonomi sangat penting untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Diplomasi ekonomi kontributif membuka pasar internasional baru, menarik investasi asing, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.
6. Strategi Menghadapi Tantangan Global
Untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia di tengah tantangan global, strategi yang vital diterapkan meliputi peningkatan daya saing, reformasi struktural, pembangunan berkelanjutan, dan kerja sama internasional. Peningkatan daya saing dapat dicapai melalui investasi pada pendidikan, pelatihan, dan teknologi. Reformasi struktural meliputi reformasi pajak, tenaga kerja, dan birokrasi. Pembangunan berkelanjutan menekankan perlindungan lingkungan dan penggunaan energi terbarukan. Kerja sama internasional penting untuk memperluas akses pasar dan menarik investasi asing.
7. Relevansi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang akurat sangat relevan untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Keputusan ini mendukung memastikan stabilitas, pertumbuhan, dan kesejahteraan ekonomi jangka panjang, serta mengoptimalkan daya tahan ekonomi Indonesia terhadap tantangan global.
Penulis : Amistan Purba ( Akademisi, Komite Analisa Ekonomi AP3I)