JEJAKNARASI.ID.JAKARTA – Sumber daya mineral sangat penting karena mendukung ekonomi melalui industri dan penciptaan lapangan kerja, menyediakan bahan baku esensial untuk berbagai sektor seperti konstruksi dan manufaktur, serta krusial untuk kesehatan manusia karena mineral dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsi vital.
Sumber daya mineral juga menjadi kunci dalam inovasi teknologi dan transisi energi bersih, menjadikannya fondasi bagi pembangunan sosial-ekonomi dan teknologi modern.
Untuk semakin mengembangkan sumber daya mineral di Indonesia, diperlukan peran peneliti khusus di bidang tersebut.
Kontribusi utama peneliti di bidang sumber daya mineral antara lain untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi cadangan serta mengembangkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi dan pengolahan mineral, termasuk penggunaan teknologi ramah lingkungan.
“Di tengah transformasi besar menuju ekonomi berbasis teknologi, Indonesia semakin membutuhkan riset yang kuat dan berkualitas tinggi, khususnya di bidang material energi. Dorongan global terhadap energi baru, keberlanjutan, dan hilirisasi mineral membuat kemampuan riset menjadi fondasi penting untuk menjaga daya saing nasional,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam kunjungan kerja di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM), Yogyakarta, Rabu (19/11/2025).
Dalam sesi diskusi antara Menko Airlangga dengan para peneliti FT UGM, dibahas tentang pengembangan teknologi dalam produksi baterai kendaraan listrik, di mana diperlukan juga teknologi untuk bisa mendaur ulang baterai bekas.
Selanjutnya, dibahas juga tentang peningkatan nilai tambah batu bara, khususnya batu bara kalori rendah.
Hal ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya sumber daya dan cadangan batu bara yang dimiliki Indonesia yakni lebih dari 30 miliar ton, dan juga terkait pemenuhan kondisi net zero emission di masa depan.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan Penyerahan Hibah dan Peresmian Pemanfaatan Peralatan Laboratorium Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICPMS) NexON ICP-MS 1100, yang merupakan alat pendeteksi mineral, dari PT Eco Energi Perkasa (CNGR Indonesia). kepada FT UGM.
Kerja sama ini merupakan sebuah tonggak penting untuk memperkuat fondasi riset nasional dan membuka peluang strategis bagi pengembangan iptek di masa depan.
“Pemerintah memandang inisiatif ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat kesiapan Indonesia memasuki ekonomi yang berbasis inovasi dan teknologi. Karena itu, kerja sama ini diharapkan tidak sekadar menambah kapasitas fasilitas ilmiah, tetapi juga membangun ekosistem riset yang mampu melahirkan SDM unggul,” tutur Menko Airlangga.
Dengan fasilitas karakterisasi unsur berpresisi tinggi, FT UGM dapat melakukan riset yang menjadi kunci penguatan rantai pasok industri baterai, mulai dari validasi mutu bahan baku, optimasi proses pemurnian, hingga inovasi material energi yang semakin kompetitif.
Lebih dari itu, kemitraan ini membuka ruang percepatan transfer teknologi dan pengetahuan.
Kerja sama ini juga mencerminkan model kemitraan triple-helix yang ideal. Universitas menjadi pusat inovasi dengan menyediakan basis ilmiah dan SDM, industri global membawa kebutuhan dan teknologi terbaru untuk mengakselerasi penerapan inovasi itu, sementara Pemerintah memastikan dukungan kebijakan dan ekosistem bagi inovasi tersebut.
“Pemerintah mendorong kemitraan ini lebih berkembang melalui agenda riset jangka panjang, termasuk riset di bidang pemurnian logam kritis, bahan katoda, keberlanjutan (ESG), dan inovasi proses yang mendukung daya saing industri material energi Indonesia di masa mendatang.
Semoga laboratorium ini menjadi rumah bagi kelahiran inovasi-inovasi besar yang dapat memperkuat peran Indonesia di tingkat global,” pungkas Menko Airlangga.**









